SHARE

Majukan Desa? Tekad Perangi Korupsi (Ditagih) carapandang.com

Gerakan Pengawalan
Daya harapan selain bersumber kepada KPK membongkar hal yang sama dengan BPK. Harapan tak terbatas lainnya yakni terhimpunnya kesadaran masyarakat untuk menyatukan energi perlawanan terhadap Korupsi. Supaya utamanya semesta kehidupan di daerah tidak terus terjerembab dalam ketertinggalan pembangunan.

Gerakan pengungkitan kesadaran, menggalang partisipasi seperti kepada insan pers, LSM-LSM, pada cendekia institusi PT (perguruan tinggi), partai-partai politik oposan, melalui person-person masyarakat baik aktivis mahasiswa/pemuda, maupun eks anak buah, aparatus sipil yang kini telah purna abdi.

Tentu saja semuanya itu dapat ikut andil lakukan aksi-aksi simbolik diantaranya seperti memberikan semacam memo, atensi, mengumpulkan sekaligus berkas-berkas yang mengandung KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) pernah marak atau yang tengah beroperasi.

Memikul data-data korupsi dengan mendatangi pos-pos, bank-bank, atau kamp-kamp anti korupsi yang dapat dijangkau. Misalkan menjadi benteng dengan berkorban sedikit saja untuk membuat dan mencetak sendiri bentangan spanduk yang berisi narasi kampanye (petisi) dukungan atas pemberantasan korupsi. Menyeru, dan usaha lain sebagainya yang menyadarkan para koruptor agar stop tamak.

Kutukan korupsi bila ramai-ramai dikeroyok dengan sepakat menegaskan perlawanan, bersikap kritis atau setidak-tidaknya tidak menjadi melempem. Hasilnya selain buat mereka para koruptor insomnia ‘tidak bisa tidur’, paling penting akan menelorkan terbangunnya akar ‘tradisi anti korupsi’.

Babak baru kesadaran hukum tersebut, kasus-kasus Korupsi mengalami keruntuhan akibat tak ada lagi “sandaran” persembunyian. Masyarakat, birokrat-birokrat tolak berdamai dengan Koruptor. Maka percaya saja pencapaian clean government bukan lagi hanya ilusi.

Pada intinya, modal kesamaan semangat perjuangan masyarakat menyempurnakan lembaga KPK. Lubang oksigen yang dapat mempercepat pemberantasan korupsi.

Untuk menciptakan kemerdekaan, kesejahteraan dan kemakmuran hidup bagi masyarakat desa. Taktik pengorganisasian mobilisasi kemuliaan budaya silaturahmi (rakernas) di tuntut agar lebih serius di kemas dengan kesegaran pikiran, api spirit yang benar-benar mengejawantahkan kemegahan fatamorgana desa tanpa cacat.

Tidak nyeleneh hanya memainkan diksi desa. Namun melebihi halo-halo jumpa muka, cultural prize desa bisa mementaskan nilai-nilai luhur seperti sako, karamba, ubi, tari-tarian, puisi, di bumbui petuah asuh-asih sepuh (boleh sedikit), ekspedisi sareko. Hingga hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan secara saksama! Semoga.

Halaman :
Tags
SHARE