SHARE

Lukisan Penangkapan Diponegoro (historia)

CARAPANDANG.COM – Perang Diponegoro atau dikenal juga sebagai Perang Jawa (1825-1830) memakan korban jiwa dan menghabiskan biaya yang begitu besar. Pustaka Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu karya P.Swantoro layak menjadi referensi untuk menjawab pertanyaan berapakah jumlah korban Perang Jawa? Berikut kutipannya seperti tertera di halaman 99 pustaka Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu:

Berapa korban Perang Jawa? Ada dua penulis yang memberikan angka-angka sama, Prof P.J. Veth dan Prof Dr H.J. de Graaf; tetapi saya kira de Graaf yang mengutip Veth, bukan sebaliknya. Buku de Graaf Geschiedenis van Indonesie baru diterbitkan oleh W.van Hoeve, ‘s-Gravenhage-Bandung, pada 1949, sedangkan buku Pieter Johannes Veth, Java: Geographisch, Ethnologisch, Historisch sudah terbit pada 1875-1882. Cetakan kedua saja sudah beredar pada 1912. Buku ini, yang terdiri dari empat jilid, diterbitkan oleh De Erven F.Bohn, Haarlem. Orang Eropa yang gugur diperkirakan sebanyak 8.000 (delapan ribu) jiwa, dan pribumi yang berada di pihak Belanda 7.000 (tujuh ribu) jiwa. Biaya perang f 20.000.000 (dua puluh juta) gulden, jumlah yang tidak sedikit waktu itu.

Mengenai jumlah yang gugur di pihak Diponegoro, Veth hanya menulis, “Oneindig grooter was het verlies van menschenlevens aan de zijde van Dipa Negara; doch wie acht zich in staat het te berekenen.” Jumlahnya jauh lebih besar, akan tetapi siapa yang merasa mampu menghitungnya? Dalam keterangannya mengenai korban itu, de Graaf menambahkan, semua kebun kopi hancur dan para penyewa tanah bangkrut.

Namun demikian Ricklefs mengemukakan dalam bukunya, A History of Modern Indonesia, halaman 113, yang diterbitkan di London oleh Macmillan, 1981, bahwa orang Jawa yang meninggal dalam Perang Diponegoro 200.000 orang, padahal penduduk seluruh Hindia-Belanda waktu itu baru tujuh juta orang. Penduduk Yogyakarta tinggal separonya.