CARAPANDANG - Dolar AS dan sebagian besar mata uang utama lainnya melemah di awal sesi Asia pada perdagangan Senin pagi, ketika hari libur di Jepang dan serangkaian pertemuan bank sentral yang akan datang menyedot perhatian pasar.
Pertemuan kebijakan Bank Sentral Jepang (BoJ) pada Jumat (22/9/2023) merupakan puncak minggu ini di Asia, setelah Gubernur Kazuo Ueda memicu spekulasi akan segera menjauh dari kebijakan ultra-longgar.
Dalam seminggu yang penuh dengan pertemuan bank sentral, keputusan juga akan diambil dari Federal Reserve AS pada Rabu (20/9/2023) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pada Kamis (21/9/2023).
Yen melemah terhadap greenback pada 147,82 per dolar karena pasar di Jepang tutup untuk hari libur nasional. Seminggu sejak pernyataan Ueda tentang langkah awal dari suku bunga negatif, yen telah turun 1,3 persen dan mengalami kerugian tahun 2023 menjadi lebih dari 11 persen.
Carol Kong, ekonom dan ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia (CBA), mengatakan dia memperkirakan yen akan bergejolak menjelang pertemuan kebijakan
“Dalam hal arah pergerakan, dolar/yen pasti bisa bergerak lebih tinggi,” kata Kong.
Investor mungkin berpotensi salah menafsirkan komentar Ueda. Dan melemahnya upah di Jepang baru-baru ini dan kemungkinan harga juga dapat melemah dan mendorong BoJ lebih jauh dari target inflasinya, sehingga alasan untuk melakukan pengetatan kebijakan BoJ masih belum terlalu kuat, kata Kong.
"Jadi itu berarti dolar yen bisa menguat, terutama jika Gubernur Ueda terdengar dovish dan menghilangkan harapan pengetatan kebijakan pada pertemuan mendatang," katanya.
Indeks dolar sedikit lebih rendah pada 105,23, dengan euro naik 0,11 persen pada 1,0667 dolar. Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2397 dolar, naik 0,06 persen pagi ini.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS telah naik tipis, dengan imbal hasil obligasi dua tahunnya berada di atas ambang batas 5,0 perwsen dan naik 25 basis poin bulan ini, didorong oleh kenaikan belanja pemerintah dan antisipasi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dan menghadapi pengendalian inflasi yang masih di atas target. Data penjualan ritel AS minggu lalu berperan dalam mengurangi kemungkinan resesi lebih jauh lagi. dilansir antaranews.com

Pertemuan kebijakan Bank Sentral Jepang (BoJ) pada Jumat (22/9/2023) merupakan puncak minggu ini di Asia, setelah Gubernur Kazuo Ueda memicu spekulasi akan segera menjauh dari kebijakan ultra-longgar.
Dalam seminggu yang penuh dengan pertemuan bank sentral, keputusan juga akan diambil dari Federal Reserve AS pada Rabu (20/9/2023) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pada Kamis (21/9/2023).
Yen melemah terhadap greenback pada 147,82 per dolar karena pasar di Jepang tutup untuk hari libur nasional. Seminggu sejak pernyataan Ueda tentang langkah awal dari suku bunga negatif, yen telah turun 1,3 persen dan mengalami kerugian tahun 2023 menjadi lebih dari 11 persen.
Carol Kong, ekonom dan ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia (CBA), mengatakan dia memperkirakan yen akan bergejolak menjelang pertemuan kebijakan
“Dalam hal arah pergerakan, dolar/yen pasti bisa bergerak lebih tinggi,” kata Kong.
Investor mungkin berpotensi salah menafsirkan komentar Ueda. Dan melemahnya upah di Jepang baru-baru ini dan kemungkinan harga juga dapat melemah dan mendorong BoJ lebih jauh dari target inflasinya, sehingga alasan untuk melakukan pengetatan kebijakan BoJ masih belum terlalu kuat, kata Kong.
"Jadi itu berarti dolar yen bisa menguat, terutama jika Gubernur Ueda terdengar dovish dan menghilangkan harapan pengetatan kebijakan pada pertemuan mendatang," katanya.
Indeks dolar sedikit lebih rendah pada 105,23, dengan euro naik 0,11 persen pada 1,0667 dolar. Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2397 dolar, naik 0,06 persen pagi ini.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS telah naik tipis, dengan imbal hasil obligasi dua tahunnya berada di atas ambang batas 5,0 perwsen dan naik 25 basis poin bulan ini, didorong oleh kenaikan belanja pemerintah dan antisipasi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dan menghadapi pengendalian inflasi yang masih di atas target. Data penjualan ritel AS minggu lalu berperan dalam mengurangi kemungkinan resesi lebih jauh lagi. dilansir antaranews.com
