SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Aksi taking profit mulai terlihat pada perdagangan emas. Harga emas harus jeda sejenak dengan turun pada perdagangan kemarin. Mematahkan trend penguatan selama lima hari beruntun, namun secara bulanan masih mencatatkan kenaikan yang signifikan.

Pada perdagangan Kamis (30/11/2023) harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,43% di posisi US$ 2.035,75 per troy ons. Dalam sebulan, harga emas di pasar spot telah mencatat kenaikan sebesar 2,68%.

Sementara, hingga pukul 06.00 WIB Jumat (1/12/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,04% di posisi US$ 2.036,65 per troy ons.

Emas tergelincir pada perdagangan Kamis namun tetap berada di jalur kenaikan bulanan kedua berturut-turut karena ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Kenaikan indeks dolar AS kemarin menjadi kontribusi terhadap penurunan emas. Indeks dolar kembali ke level 103 setelah sempat jatuh di level 102. Namun secara bulanan, pergerakan indeks dolar AS menuju bulan terburuknya dalam setahun, sementara imbal hasil Treasury 10 tahun mencapai titik terendah dalam dua setengah bulan di 4,35% pada penutupan akhir bulan November 2023.

"Pergerakan emas mungkin sedikit lelah tapi pergerakannya masih sangat bagus. Kemunduran (harga) harus dibatasi pada US$2.015-US$2.020 dan tidak ada kekhawatiran yang akan dirasakan kecuali kita turun kembali di bawah US$2000," ujar Tai Wong, investor New York- pedagang logam independen, kepada Reuters.

Para pelaku pasar telah memperkirakan penurunan suku bunga dari peluang 80% pada Mei 2024, menurut alat FedWatch CME.

"Kami memperkirakan harga emas akan menembus level tertinggi baru pada paruh pertama tahun 2024 saat kita mendekati poros The Fed dan (dengan) perekonomian kemungkinan akan melambat," ucap Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.

Para pelaku pasar mengamati data yang menunjukkan belanja konsumen AS meningkat secara moderat pada bulan Oktober, sementara kenaikan inflasi tahunan merupakan yang terkecil sejak awal tahun 2021. Klaim pengangguran sedikit meningkat.

Diketahui, data pengeluaran pribadi warga AS (Personal Consumption Expenditures Price Index) melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Oktober 2023, dari 3,4% (yoy) pada November 2023.

"Apa yang telah kita lihat di November adalah bukti bahwa ekonomi AS masih baik-baik saja. Konsumsi masih tangguh dan The Fed menahan suku bunga," tutur Chris Zaccarelli, chief investment officer dari Independent Advisor Alliance, dikutip dari CNBC International.

Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan AS, inflasi PCE pada Oktober tercatat 0% secara bulanan dibandingkan bulan sebelumnya. dan tumbuh 3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dari posisi September lalu yang sebesar 0,4% (mtm) dan 3,4% (yoy).

Angka inflasi PCE Oktober juga lebih rendah dari konsensus pasar dalam Trading Economics yang memperkirakan tumbuh 0,2% (mtm) dan 3,1% (yoy).

Adapun inflasi PCE inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, naik 0,2% (mtm) dan 3,5% (yoy) pada bulan ini. Kedua angka tersebut selaras dengan konsensus Dow Jones.

Sementara itu belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, meningkat 0,2% pada bulan lalu, setelah kenaikan 0,7% yang tidak direvisi pada September, berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pengeluaran naik 0,2%.

Inflasi PCE ini akan digunakan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebagai acuan untuk menentukan arah kebijakan moneter selanjutnya.

Dengan data inflasi PCE yang semakin mendingin, maka hal ini dapat memperkuat optimisme pasar akan berakhirnya era suku bunga tinggi di tahun depan.

Di lain sisi, kondisi pasar tenaga kerja juga terus membaik diperkuat oleh laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran meningkat 7.000 menjadi 218.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 25 November. Para ekonom memperkirakan 226.000 klaim untuk minggu terakhir.

Data klaim minggu lalu termasuk Hari Libur Thanksgiving. Klaim cenderung fluktuatif saat hari libur. Namun, pasar tenaga kerja melemah seiring dengan permintaan perekonomian secara keseluruhan.

Adapun fokus para pelaku pasar hari ini adalah pada komentar Ketua The Fed Jerome Powell yang dijadwalkan Jumat (1/12/2023).

J.P. Morgan dalam prospek komoditas tahun 2024 menyoroti bahwa di seluruh komoditas, satu-satunya perkiraan bullish struktural yang mereka pertahankan adalah pada emas dan perak.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE