CARAPANDANG - Harga emas diperkirakan akan volatile pada pekan ini menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (21/7/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.960,23 per troy ons. Harganya melemah 0,48%.
Pelemahan tersebut memperpanjang tren negatif sang logam mulia yang juga melemah pada tiga hari perdagangan sebelumnya.
Kendati demikian, secara keseluruhan, harga emas masih naik 0,27% pekan lalu. Artinya, emas sudah mencatatkan kinerja positif dalam tiga pekan.
Harga emas bergerak ke arah positif dengan menguat tipis pada pagi hari ini.
Pada perdagangan Senin (24/7/2023) pukul 06:15 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.961,81 per troy ons atau menguat tipis 0,08%.
Harga emas diproyeksi akan bergerak volatile sampai bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan hasil rapat FOMC pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Rapat FOMC pada bulan ini sangat ditunggu-tunggu karena menjadi "moment of the truth" atas ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed.
Tak hanya keputusan suku bunga yang ditunggu tetapi publik hingga pelaku pasat juga menanti pernyataan atau sinyal kebijakan The Fed setelah bulan ini.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 99,2% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini.
Namun, yang ingin ditunggu pasar adalah apakah The Fed memberi sinyal kapan pelonggaran kebijakan akan dilakukan.
Pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini. Pasalnya, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni tahun ini, dari 9,1% (yoy) pada Juni tahun lalu.
Jika keputusan The Fed sesuai ekspektasi pasar maka dolar AS akan melemah dan yield surat utang pemerintah AS akan melandai. Dua faktor ini akan menguntungkan emas sehingga sang logam mulia akan menguat.
"Biasanya kita melihat emas bergerak melandai menjelang pengumuman suku bunga. Saya perkirakan hal tersebut juga akkan terjadi lagi karena suku bunga masih akan naik dalam jangka pendek," tutur analis RJO Futures, Daniel Pavilonis, dikutip dari Reuters.
Daniel menjelaskan meskipun emas nanti menguat, sang logam mulia diperkirakan masih sulit bergerak di atas level US$ 2.000 per troy ons.
"Emas sangat kesulitan menembus level di atas US$ 2.000 per troy ons. Pergerakan emas terjebak di kisaran US$ 1.900-2.000. Emas bahkan bisa rawan kembali ke level tengah US$ 1.900an jika The Fed ngotot belum akan mengakhiri suku bunga," tutur analis Exinity, Han Tan, dikutip dari Reuters.
Sebagai catatan, terakhir kali emas menembus di atas US$ 2.000 adalah pada pertengahan Mei tahun ini. Selain ekspektasi pelonggaran The Fed, harga emas terbang pada periode tersebut karena ada guncangan krisis perbankan di AS.

Pelemahan tersebut memperpanjang tren negatif sang logam mulia yang juga melemah pada tiga hari perdagangan sebelumnya.
Kendati demikian, secara keseluruhan, harga emas masih naik 0,27% pekan lalu. Artinya, emas sudah mencatatkan kinerja positif dalam tiga pekan.
Harga emas bergerak ke arah positif dengan menguat tipis pada pagi hari ini.
Pada perdagangan Senin (24/7/2023) pukul 06:15 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.961,81 per troy ons atau menguat tipis 0,08%.
Harga emas diproyeksi akan bergerak volatile sampai bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan hasil rapat FOMC pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Rapat FOMC pada bulan ini sangat ditunggu-tunggu karena menjadi "moment of the truth" atas ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed.
Tak hanya keputusan suku bunga yang ditunggu tetapi publik hingga pelaku pasat juga menanti pernyataan atau sinyal kebijakan The Fed setelah bulan ini.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 99,2% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini.
Namun, yang ingin ditunggu pasar adalah apakah The Fed memberi sinyal kapan pelonggaran kebijakan akan dilakukan.
Pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini. Pasalnya, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni tahun ini, dari 9,1% (yoy) pada Juni tahun lalu.
Jika keputusan The Fed sesuai ekspektasi pasar maka dolar AS akan melemah dan yield surat utang pemerintah AS akan melandai. Dua faktor ini akan menguntungkan emas sehingga sang logam mulia akan menguat.
"Biasanya kita melihat emas bergerak melandai menjelang pengumuman suku bunga. Saya perkirakan hal tersebut juga akkan terjadi lagi karena suku bunga masih akan naik dalam jangka pendek," tutur analis RJO Futures, Daniel Pavilonis, dikutip dari Reuters.
Daniel menjelaskan meskipun emas nanti menguat, sang logam mulia diperkirakan masih sulit bergerak di atas level US$ 2.000 per troy ons.
"Emas sangat kesulitan menembus level di atas US$ 2.000 per troy ons. Pergerakan emas terjebak di kisaran US$ 1.900-2.000. Emas bahkan bisa rawan kembali ke level tengah US$ 1.900an jika The Fed ngotot belum akan mengakhiri suku bunga," tutur analis Exinity, Han Tan, dikutip dari Reuters.
Sebagai catatan, terakhir kali emas menembus di atas US$ 2.000 adalah pada pertengahan Mei tahun ini. Selain ekspektasi pelonggaran The Fed, harga emas terbang pada periode tersebut karena ada guncangan krisis perbankan di AS.
